Soal Pelanggaran HAM, Capres Prabowo Ditantang Debat oleh Aliansi Mahasiswa Banten

    Suasana saat konferensi pers Aliansi Mahasiswa Banten Bergerak

    BANTEN – Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 14 Februari mendatang, Prabowo Subianto ditantang debat soal isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Aliansi Mahasiswa Banten Bergerak.

    “Kami siap berdebat kami siap berdiskusi dengan Prabowo soal pelanggaran HAM masa lalu. Ayo kita diskusikan peristiwa-peristiwa kelam masa lalu,” tegas koordinator Aliansi Mahasiswa Banten Bergerak, Shandi.

    Pernyataan itu dilontarkan Shandi saat menggelar konferensi pers, di kampus Universitas Raharja, Kota Tangerang, Selasa (16/1/2024) terkait tudingan kubu capres Prabowo, yang mengatakan isu pelanggaran HAM atau penculikan aktivis 1998 tidak benar.

    Diketahui sebelumnya, selebaran koran Achtung bertuliskan “Inilah Penculik Aktivis 1998” menampilkan wajah Prabowo di covernya beredar luas dibeberapa daerah di Tanah Air, pada Kamis (11/01) kemarin.

    Atas selebaran koran Achtung ini membuat Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran geram. Bahkan, TKN Prabowo-Gibran bakal melaporkan koran Achtung ke Bareskrim Polri.

    Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman, menyatakan pihaknya akan melaporkan koran Achtung yang memuat fitnah dan berita bohong alias hoaks terkait calon presiden Prabowo Subianto.

    Koran Achtung itu tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Jawa Barat, Banten, Lampung, Pekanbaru, Aceh, Sumatera Utara hingga Jambi.

    Aliansi Mahasiswa Banten Bergerak ini pun juga diketahui turut menyebarkan selebaran koran Achtung di kawasan pendidikan Cikokol, Kota Tangerang.

    Menurut Shandi, pihaknya meyakini, sampai hari ini selebaran koran Achtung itu berisi sebuah kebenaran yang dihimpun dan dikutip dari berbagai media massa nasional.

    Ia juga mengecam keras atas tindakan intimidasi dan upaya kriminalisasi kepada mahasiswa yang menyuarakan kebenaran yang menyuarakan pelanggaran HAM.

    “Kenapa kemudian kita bersikeras bahwa kita meyakini bahwa ini adalah benar. Lalu kita menolak bahwa apa yang dikatakan orang-orang isu pelanggaran HAM ini adalah komoditas politik, karena isu pelanggaran HAM ini dijalankan rutin setiap hari Kamis sudah bertahun-tahun oleh keluarga korban oleh mahasiswa,” papar dia.

    “Ini adalah momentum yang kemudian hari ini tersorot ramai diperbincangkan publik. Tapi kalau kemudian ada argumentasi bahwa pelanggaran HAM adalah isu komoditas politik, itu jelas keliru,” sambung Shandi menegaskan.

    Oleh karena itu, lanjut dia, ketika siapapun tidak sepakat khususnya kelompok Prabowo Subianto yang tertuju bicara pelanggaran HAM, maka pihaknya–mahasiswa membuka ruang untuk berdiskusi berdebat soal pelanggaran HAM masa lalu dengan Prabowo langsung.

    “Karena, lagi-lagi kami tegaskan, kami meyakini bahwa apa yang ada di dalam selebaran [koran Achtung] ini yang dihimpun dari berbagai media nasional, kami yakini ini adalah kebenaran,” cetus mahasiswa UMT ini.

    “Dan keyakinan itu juga ditopang dengan statemen yang diklaim Boediman Sujatmiko yang ngobrol dengan Prabowo. Bahwa Prabowo mengiya-kan menculik aktivis mahasiswa, tapi dia tidak tahu kenapa mahasiswa itu tidak pulang sampai di rumah. Nah ini yang menurut kami tidak masuk akal,” kata dia lagi.

    Pihaknya sangat menyayangkan kubu TKN Prabowo yang akan melaporkan aksi mahasiswa pada pembagian selebaran Achtung dan menuding aksi itu untuk menggagalkan Pemilu. Bahkan, ujar Shandi pelaporan tersebut akan merusak nilai-nilai demokrasi.

    Isi selebaran koran Achtung, tekan dia, adalah kutipan dari media-media nasional yang sebelumnya sudah beredar luas di publik.

    “Ini bukan statemen kami pribadi, ini ada dari Kompas, Tempo dan lainnya. Kalau memang mereka tidak suka tidak senang yak somasi aja medianya,” cetus Shandi sembari menunjukan koran Achtung.

    Pihaknya juga siap melakukan aksi solidaritas mahasiswa di 899 kampus di seluruh Indonesia, bila gerakan mahasiswa ini dilaporkan, ditangkap pihak berwajib.

    “Prinsip kami, apa yang menancap padamu berdarah padaku. Siapa yang mampu menggerakan 899 kampus di negeri ini? hanya dua yang mampu, nurani dan akal sehat mahasiswa yang masih terawat sampai hari ini. Dan tujuan kita tidak lain tidak bukan, untuk merawat ingatan masa lalu,” tukasnya. (Bnx/Hmi)