TANGERANG (BT) – Sampah yang kerap dianggap tidak bermanfaat, ternyata bisa didaur ulang dan bahkan menghasilkan sesuatu yang bernilai. Seperti popok bayi misalnya, di tangan Komunitas Sarana Olah Sampah (SOS) mampu disulap menjadi pupuk cair, vas bunga, pot, asbak, dan beragam lainnya.
Komunitas yang bermarkas di Jalan Raya Beringin, Pabuaran Tumpeng, Kota Tangerang ini diketuai oleh Muhliyatun alias Atoen sapaan akrabnya. Menurut Atoen, cara mengubah popok bayi yang pertama dilakukan pencucian dan pemilahan popok bayi bekas yang merupakan tahapan awal pembuatan pupuk cair.
Setelah dicuci, lanjut Atoen, bagian popok yang berupa gel yang berfungsi menyerap veses dipisahkan dengan bungkus berupa busa dan plastik. Kemudian, gel tersebut dimasukan ke dalam kolam penampungan pertama dan diberi senyawa kimia yang nantinya akan menghasilkan cairan yang otomatis mengalir ke kolam kedua, yang letaknya di sebelah kolam pertama.
Cairan berwarna coklat pekat yang sudah masuk ke kolam kedua, lalu dimasukan ke alat pengomposan selama tiga hingga empat hari. Setelah itu air berubah warna menjadi kuning cerah dan perlu didiamkan pada jangka waktu sekitar lima hari.
“Setelah di drum selama lima hari cairan berubah warna menjadi bening dan itu tandanya sudah siap digunakan sebagai pupuk cair,” terang Atoen saat ditemui di Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce dan Recycl (TPS3R), di markasnya, Jumat (29/11/2019).
Ia menuturkan, ide awal untuk membuat pupuk cair dari popok bayi lantaran ia mencoba-coba dari popok anaknya yang bisa menghabiskan 5 hingga 6 popok perhari.
“Saya kepikiran dari kotoran hewan saja bisa dibuat pupuk, kalau bayi yang makanannya masih hanya susu dan makanan organik mungkin bisa juga. Saat itu saya mencari-cari dan menemukan di youtube, lalu saya coba sendiri di rumah. Hasilnya saat saya pakai ditanaman jadi lebih subur,” ujarnya.
Dilanjutkan ia, popok bayi bekas yang diolah timnya secara keseluruhan dimanfaatkan dan tidak ada bagian yang terbuang.
“Untuk busa popoknya kami manfaatkan untuk isian boneka, sedangkan pelastiknya kami cacah dan dibentuk menjadi asbak, pot bunga dan barang-barang lainnya,” tuturnya.
Meski peralatan pembuatan pupuk cair masih terbilang manual, Atoen mengaku bisa merubah popok sebanyak 100 kilogram menghasilkan 70 liter pupuk cair yang sudah dikemas dan siap untuk dibagikan.
“Saat ini kami masih membagikan pupuk ke masyarakat yang membutuhkan secara gratis,” katanya.
Selain dibuat menjadi pupuk cair, gas yang dihasilkan cairan pupuk saat dialat pengolahan pupuk bisa menghasilkan gas. “Kami sudah coba, gasnya bisa bertahan sekira 30 menit saat kita operasikan,” ucapnya.
Kata Atoen, saat ini ia sedang memesan alat untuk memproses pembuatan pupuk agar bisa diproses lebih cepat dan praktis. “Alatnya baru di pesan bulan lalu (Oktober-red), dan akan datang setelah enam bulan. Jadi Februari baru datang, nanti kita akan bisa mengolah 150 kilogram popok dalam satu hari,” urainya.
Atoen menambahkan, pengolahan popok menjadi pupuk ini juga untuk mengedukasi warga bahwa popok bekas bisa dimanfaatkan. Saat ini ia masih memisahkan popok bekas dari sampah yang dikelola TPS3R.
“Ke depan rencananya warga Pabuaran Tumpeng akan kita minta untuk memisahkan sampah popok, nanti kita akan mengambilnya,” tandasnya. (Hsm/Hmi)