TANGSEL (BT) – Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) berhasil mengungkap sejumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Ketua P2TP2A Kota Tangsel Herlina Mustikasari menjelaskan, kasus perempuan dan anak yang dilaporkan pihaknya pada tahun ini sebanyak 150 kasus.
“Tahun kemarin 197 kasus kami laporkan. Bukan hanya kasus kekerasan seksual, mulai dari diskriminasi, KDRT dan lain sebagainya. Jadi bukan hanya kasus kekerasan seksual pada anak saja,” ujarnya, Jumat (18/10/2019).
Ia melanjutkan, pihaknya prihatin dengan kasus- kasus yang sudah dilaporkan ke P2TP2A. Maka menurutnya, perlu kesadaran yang tinggi dari semua lapisan masyarakat.
“Kasus-kasus seperti ini tidak bisa didiamkan, tidak ada istilah suka sama suka, si anak sama si ini misalnya, nanti juga berhenti sendiri, tidak! Ini adalah kasus luar biasa yang harus dilaporkan ke polisi,” tegasnya.
P2TP2A selalu melakukan penyuluhan dan meminta masyarakat Tangsel untuk dapat melaporkan segala bentuk kekerasan pada anak dan perempuan. Baik kekerasan fisik, eksploitasi, diskriminasi dan lain-lain.
“Jadi kita punya satgas anak yang ditempatkan di setiap kelurahan dan kemudian juga kita punya PATBM (Perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat) yang ada di beberapa kelurahan di Tangerang Selatan, itu menurut saya memang lembaga-lembaga yang saling membantu kerjasama ya, jadi tidak overlapping, jadi semua itu ada,” tuturnya.
Di setiap lingkungan RW terdapat shelter pengaduan. Jadi, kata Herlina, mungkin bisa diinisiasi Ketua LBH Bang Jafar dan kawan-kawan untuk pengaduan kekerasan yang berkaitan dengan perempuan dan anak. Dan selanjutnya kasus-kasus tersebut bisa disampaikan ke P2TP2A.
“Jadi artinya tadi kalau tidak disampaikan kok bisa masyarakat gak tahu, tapi tidak tahu saja kasusnya sudah sebanyak (150 tahun ini) kalau saya rasa apalagi kalau semua bergerak. Karena di Makassar sampai 4000-an kasus, semua kasus berkaitan dengan perempuan dan anak,” urainya.
Ia berharap, kepekaan masyarakat terus ditingkatkan khususnya kepada anak-anak dan perempuan yang membutuhkan bantuan.
“Tetapi kepekaan masyarakat pasti bisa membantu mereka yang menderita dibalik tembok-tembok rumahnya, pasti itu bisa membantu mereka, dan kemudian ada apa-apa segera dilaporkan jangan sampai menunggu terlalu lama untuk mendapat pertolongan para korban,” tandasnya. (Bel)