TANGERANG (BT) – Kepala Bagian Program dan Anggaran Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Nur Hidayat mengungkapkan perihal kerjasama yang dijalinnya dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang untuk penanganan banjir di wilayah Periuk baru sebatas pemetaan.
Menurut ia, kerjasama tersebut berupa pemetaan geologi bawah permukaan tanah. Hal itu dilakukan untuk mengetahui akuifer yang ada, mulai dari sebarannya, ketebalan dan kedalaman lapisan. Dengan begitu katanya, bisa membantu dalam penentuan lokasi sumur resapan dan kedalamannya sehingga menjadi lebih efektif.
“Kalau dengan Pemkot Tangerang itu kita baru pemetaan akuifer, artinya kita sudah tahu ada berapa akuifer di situ yang nanti siap menampung banyak air,” ujar Nur Hidayat saat dihubungi Kamis (12/3/2020).
Diketahui sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Tangerang menggandeng BPPT guna menangani banjir di kawasan Periuk, Kota Tangerang. Namun ternyata, program tersebut baru hanya sebatas pemetaan lokasi untuk dibuatkan sumur resapan.
Padahal saat ini, kata Nur Hidayat, BPPT juga telah memiliki teknologi water treatment deep injection (WTDI). Cara kerja teknologi WTDI ialah mengumpulkan genangan air ke dalam sebuah kolam bawah tanah. Di dalam kolam itu dilakukan pengolahan air secara cepat agar memenuhi baku mutu. Kemudian baru akan dimasukkan ke dalam sumur secara paksa ke akuifer.
Dengan teknologi itu, lanjut ia, permasalahan yang dapat di atasi bukan hanya perkara banjir, melainkan juga permasalahan penurunan muka akibat penyedotan air berlebih yang dilakukan masyarakat.
“WTDI ini bisa mengisi kekosongan akuifer dalam, sehingga bisa juga mencegah penurunan muka tanah,” terangnya.
Meski demikian, teknologi WTDI masih belum diketahui kapan akan digunakan di Pemkot Tangerang. “Saat ini baru Tangerang Selatan yang akan menerapkan teknologi itu,” tukasnya. (Hmi)