TANGERANG (BT) – Keberhasilan membangun Kampoeng Anggur tak lantas membuat Ketua RW 03 Kelurahan Uwung Jaya, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, Budi Santoso merasa puas. Ia terus berinovasi agar kampung tematik bukan hanya berguna sebagai lahan hijau nan asri.
Ia mengamati lingkungan yang dibentuknya agar dapat berhasil menumbuhkan ekonomi masyarakat. Kini, di Kampoeng Anggur ia kembangkan budidaya lebah teuweul atau klanceng guna menghasilkan madu yang bernilai ekonomi tinggi.
Saat ditemui di Kampoeng Anggur, Jalan Aria Wangsakara Kelurahan Uwung Jaya, Budi Santoso tengah menerangkan mengenai proses pembudidayaan lebah teuweul sampai menghasilkan madu multi khasiat kepada seorang pengunjung ke kandang lebah. Secara gamblang Boedi menerangkan hal ihwal lebah teuweul dan potensi pasar madu yang dihasilkannya.
“Saya budidaya lebah teuweul atau kancleng ini baru berjalan dua bulan. Di kandang Kampoeng Anggur saat ada 60 setup (kotak kayu untuk lebah bersarang). Pekan depan datang 100 setup. Panen perdana madu teuweul di sini telah menghasilkan tiga liter madu. Madu teuweul Kampoeng Anggur ini saya kemas dalam botol ukuran 250 mililiter,” kata Budi Senin (14/10/2019).
“Satu botol ukuran tersebut saat ini masih harga promosi dijual Rp125 ribu. Alhamdulillah di sini banyak yang minat,” lanjut Budi didampingi isterinya Erlina Efendi yang juga kader Posyandu di lingkungan RW 03 Uwung Jaya.
Diungkapkan Boedi, awal dirinya tertarik untuk mengembangkan budiďaya lebah ini saat dirinya berkunjung ke wilayah Gunung Kancana Kabupaten Lebak. Di situ ia melihat ada warga setempat yang membudidayakan lebah teuweul. Lalu sepulangnya ke rumah, ia bercerita kepada sang isteri, Erlina Efendi yang juga kader Posyandu dan kepada Ketua Paguyuban Pemuda Kampung Gebang (PPKG), Diki Kosasih.
Lantas, tak lama berselang dirinya bersama kader Posyandu RW 03 dan Ketua PPKG serta sejumlah tokoh masyarakat atas swadaya mereka melakukan studi banding ke Gunung Kancana.
“Kami melakukan studi banding di Gunung Kancana selama dua hari. Kami belajar budidaya lebah teuweul. Kami juga membeli bibit lebah teuweul untuk dikembangbiakkan dan dibudidayakan di Kampoeng Anggur,” tuturnya.
“Kami membuat kandang terbuat dari bambu dan atap dari daun rumbia agar hewan penghasil madu ini merasa seperti di habitatnya,” imbuhnya.
Kata Budi, dirinya tertarik terhadap budidaya madu ini karena tidak membahayakan masyarakat dan tak perlu perawatan khusus. Lebah teuweul ini, sambung Boedi, tidak menyengat sehingga aman bagi lingkungan padat penduduk seperti di wilayah Kampoeng Anggur.
“Hamanya cuma cecak. Selain itu lebah teuweul ini bisa berkembang biak dan bisa menghasilkan madu kwalitas baik hanya bisa di suhu udara di bawah 30 derajat celicius. Hewan ini tak sanggup bila berada di bawah langsung atap asbes. Bisa di bawah asbes tapi jaraknya minimal empat meter. Setup harus terlindung dari hujan dan panas,” terangnya.
Ia juga mengungkapkan, saat memindahkan sarang harus disertai ratu agar tetap menghasilkan madu. Lebah pekerja tak bisa menghasilkan madu tanpa ratu. Masyarakat Kampoeng Anggur RW 03 Kelurahan Uwung Jaya Kecamatan Cibodas Kota Tangerang menurutnya kini banyak yang memulai budidaya ini.
Ia menambahkan, manfaat madu teuweul bagi kesehatan ini sangat banyak. Ampas perasan madu dijadikan propolis yakni obat luka. Sedangkan bagian madu atas yang setelah disaring berguna sebagai biofolat untuk kesuburan kandungan. Putik sari bunga untuk pakan lebsh ini dari tumbuhan yang ada di Kampoeng Anggur. (Hmi)