Puluhan Siswa di Tangerang Terancam Putus Sekolah, Wakasek: “Sudah Sesuai Prosedur”

    Suasana KBM di SMA Negeri 20 Kabupaten Tangerang


    TANGERANG – Puluhan siswa di Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, terancam putus sekolah. Pasalnya hingga kini, calon siswa yang merupakan warga Pakuhaji ini sebelumnya gagal masuk melalui jalur zonasi.

    Terancam putus sekolah lantaran para siswa enggan mendaftar ke sekolah lainnya. Mereka ngotot ingin masuk ke SMA Negeri 20 Kabupaten Tangerang. Sementara penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2022 – 2023 telah usai sejak 7 Juli 2022 lalu.

    Diketahui, SMA Negeri 20 Kabupaten Tangerang merupakan sekolah menengah atas satu-satunya yang ada di wilayah Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu, para wali murid tetap berjuang tak peduli pahit di kemudian.

    Mengetahui hal itu, Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 20 Kabupaten Tangerang, Ubaidilah mengaku sudah menjalani PPDB sesuai prosedur. Mulai dari tahap sosialisasi, pendaftaran, sampai validasi, sudah sesuai dengan mekanisme. Pihaknya juga mengaku sudah mengakomodir peserta yang tidak puas dengan hasil PPDB melalui jalur pengaduan.

    “Ya artinya kita menerima berdasarkan apa adanya. Sudah sesuai prosedur. Itu kan yang belum beruntung,” kata Ubaidilah, saat ditemui di ruangnya, Senin (1/8/2022).

    Menurut ia, peserta yang lolos PPDB di SMA Negeri 20 Kabupaten Tangerang sudah terpenuhi, yakni berjumlah 360 kuota. Adapun rincian total kursi tersebut berjumlah 10 rombongan belajar (rombel), dan setiap rombelnya berjumlah 36 siswa.

    “Jumlah rombel sesuai dengan pakta integritas. Untuk sekarang ini kita masih menghormati, menghargai terhadap pakta integritas bahwa kita menerima 10 rombel,” jelasnya.

    Sementara salah seorang wali murid, Saipul Bahri saat dihubungi melalui seluler mengaku akan terus berjuang. Sebab, ia menyebut bahwa anaknya memiliki hak pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya.

    “Kami sudah coba semua jalur, tapi tetap nggak diterima. Terakhir jalur permohonan, tetap nggak diterima. Saya harus bagaimana pak? Padahal anak saya juga punya hak yang sama,” ujarnya.

    “Mungkin besok adalah titik akhir perjuangan kami pak, di mana hati nurani mereka pak,” tukasnya. (Hmi)