TANGERANG – Meski sudah eksis sejak sekitar tahun 1960, namun sarana dan prasarana (Sarpras) SDN Bojong I sama sekali tidak memenuhi standar pendidikan. Sekolah yang beralamat di Jalan KH Mas Mansyur, Kelurahan Kunciran Indah, Kecamatan Pinang ini, berdiri di bidang lahan yang sangat sempit.
Luas lahan yang ada, sangat tidak memenuhi standar untuk sebuah gedung sekolah. Hal tersebut diungkapkan Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang Riyanto, Minggu (30/9), pada acara reuni Angkatan 86 SDN Bojong dan Bakti Sosial Santunan Yatim.
Ia menjelaskan, bangunan yang sekarang dipakai dibangun pada masa kepemimpinan walikota sebelumnya. Gedung sekolah itu memiliki 2 lantai. “Namun total ruang belajar yang dimiliki sekolah ini cuma ada 5 lokal. Jadi siswa dari kelas 1 sampai kelas 6 harus belajar bergantian,” kata anggota legislatif alumni SDN Bojong tahun 1986 ini.
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menambahkan, bila sekolah tersebut mengadopsi kurikulum 2013 (K-13). Artinya murid dituntut untuk lebih aktif di kelas dibandingkan dengan guru. Juga jam sekolah yang lebih lama dan pola belajar dengan metode diskusi.
“Jadi bagaimana murid bisa menimba ilmu secara leluasa, apabila ruang kelas harus digunakan bergantian, ” ungkap Riyanto. Problem lain yang dihadapi siswa adalah sangat sempitnya halaman sekolah. Sehingga sulit bagi murid untuk menggelar kegiatan di sekolah. Seperti upaca bendera dan lainnya.
“Sudah saatnya pemkot memberi solusi guna menyelesaikan masalah ini. Sekolah ini harus direlokasi dan memindahkannya ke bidang tanah yang memenuhi standar untuk kegiatan belajar mengajar,” kata Riyanto.
Ia berharap, pemkot secepatnya mengalokasikan anggaran untuk membeli lahan baru guna merelokasi sekolah. “Sisa lebih perencanaan anggaran (Silpa) Kota Tangerang tahun lalu jumlahnya sekitar Rp800 miliar. Alangkah lebih bijaksana apabila dana yang tidak terpakai tersebut dialokasikan untuk membeli lahan guna kepentingan pendidikan,” tandas wakil rakyat asal Dapil III Kota Tangerang ini.
Kepala Sekolah SDN Bojong I Yuningsih, mengamini pertanyaan Riyanto. Ia menerangkan, pernah mengutarakan problem yang dihadapi sekolah yang dipimpinnya kepada Walikota Tangerang Arief R Wismansyah. “Beberapa waktu lalu dengan menggowes sepeda, pak walikota bersama rombongan pernah sidak ke sekolah ini,” ungkap Yuningsih.
Saat itu tambah Yuningsih, walikota menyampaikan akan merelokasi SDN Bojong I ke lahan dekat SDN Bojong III. “Sangat sulit bagi untuk bisa memberikan metode pembelajaran yang baik kepada siswa. Mengingat minimnya sarana dan prasarana yang sekarang ada,” terangnya.
Untuk diketahui, gedung SDN Bojong I berdiri diatas lahan seluas 330 m2. Sebanyak 430 murid, terpaksa belajar secara bergilir di 5 ruang kelas yang ada. Berdasarkan pantauan di lapangan, luas halaman sekolah pun kurang dari 150 m2.
Bisa dibayangkan apabila para siswa menggelar upacara penaikan atau penurunan bendera. Dipastikan murid berdiri berdesakan saat mengikuti acara di halaman sekolah yang sangat sempit tersebut.
“Kami juga harus bisa mengatur 430 siswa agar bisa belajar dengan efektif,” imbuh Yuningsih. SDN Bojong satu memiliki 2 rombongan belajar kelas 1. Rombongan belajar (Rombel) pertama memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) sekitar pukul 07.00-10.00 WIB. Dilanjut rombel kedua pukul 10.00-12.00 WIB.
Hal serupa diterapkan terhadap murid kelas 2. Kemudian KBM untuk siswa kelas 4 dan 6, dilaksanakan mulai pukul 07.00-12.00 WIB. Sedangkan rombel kelas 3 dan 5, memulai KBM dari pukul 13.00-17.00 WIB. “Kami meminta pemkot, agar secepatnya merelokasi sekolah ke lahan yang luasnya memenuhi standar,” pungkas Yuningsih. (tam)