Camat Jatiuwung Ajak Warga Lestarikan Lingkungan Lewat Program Kampung Iklim

    Camat Jatiuwung Martioso Agianto (kiri), menunjukan hasil bercocok tanam KWT Harmonis, pada kegiatan penilaian Kampung Iklim yang dilakukan oleh tim Kementerian LHK.

    JATIUWUNG – Warga Kecamatan Jatiuwung diajak turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan lewat Program Kampung Iklim (Proklim).

    Imbauan tersebut disampaikan Camat Jatiuwung Martioso Agianto, usai mendampingi tim verifikasi lomba Proklim Tingkat Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK RI), Kamis (27/8), di lahan garapan Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmonis, di lingkungan RW 03, Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung.    

    Ia berharap, agar masyarakat mau melaksanakan gerakan penghijauan dengan mengolah lahan yang belum dimanfaatkan menjadi tanah garapan produktif.  

    “Warga bisa mencontoh kegiatan yang dilakukan oleh anggota KWT Harmonis. Mereka telah memanfaatkan tanah industri menjadi lahan pertanian produktif,” tuturnya.

    Camat yang akrab disapa Agi ini menambahkan, selain bisa mengubah lingkungan yang tadinya gersang menjadi hijau dan asri, para penggarap lahan tentunya bisa mendapat penghasilan tambahan dari penjualan hasil panen.  

    Tim verifikasi Kementerian LHK, saat mendatangi lahan garapan KWT Harmonis di RW 03, Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung.

    Ia menjelaskan, para anggota KWT Harmonis menanami lahan kosong milik industri dengan berbagai jenis tanaman sayuran. Diantaranya kangkung, bayam, kol, brokoli, pakcoy dan sebagainya.

    “Baru sebagian kecil saja lahan yang saat ini digarap oleh KWT Harmonis. Mudah-mudahan ke depan luas lahan yang digarap akan lebih maksimal,” ungkapnya.

    Ia memastikan, upaya yang dilakukan KWT Harmonis tersebut dapat memperkuat ketahanan  pangan yang kini tengah gencar dilaksanakan oleh pemerintah pusat.  

    Sementara itu Lurah Gandasari, Setiahadi menerangkan, tim verifikasi datang untuk melakukan penilaian berkaitan dengan lingkungan di sekitar lahan garapan KWT Harmonis.

    Kebersihan, kerapian, sistem kelola sampah menjadi pupuk kompos hingga sistem saluran air, tidak luput dari penilaian tim.   

    “KWT Harmonis dinilai telah berhasil dalam menjaga kelestarian lingkungan. Yaitu dengan memanfaatkan lahan industri menjadi ladang subur. Atas keberhasilannya itu, kelompok wanita tani tersebut dinobatkan menjadi duta mewakili Kota Tangerang dalam lomba Kampung Iklim tingkat nasional,” jelas Hadi.

    Lurah Gandasari Setiahadi (kiri), berada di kebun kol garapan anggota KWT Harmonis.

    Ia sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan KWT Harmonis dengan menggarap lahan yang dikelilingi industri menjadi ladang subur yang produktif.

    “Anggota KWT Harmonis terus bergerak mengolah dan memanfaat lahan yang belum dipakai oleh pengembang untuk bercocok tanam. Sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh anggota itu sendiri maupun warga sekitar. Termasuk terjaganya kelestarian lingkungan,” papar Hadi.

    Menurutnya, sebanyak 7 lingkungan RW di wilayah Kelurahan Gandasari saat ini telah memiliki KWT. Hadi menargetkan, akan terbentuk KWT induk di masing-masing RW tersebut.

    Sedangkan Ketua KWT Harmonis Lilis Susilawati mengaku, ia bersama teman-temannya mulai melakukan kegiatan bercocok tanam sejak dua tahun lalu.

    “Pada awal kegiatan, anggota kami baru sekitar lima orang dengan lahan garapan seluas 200 meter persegi. Namun seiring berjalannya waktu, jumlah kami sekarang ini telah mencapai 15 orang dengan luas lahan garapan sekitar 3000 meter persegi,” terangnya.  

    Anggota KWT Harmonis menunjukan hasil panen kangkung yang mereka tanam.

    Menurut Lilis, kegiatan rutin yang dilakukan oleh anggota KWT adalah mencangkul, menanam dan menyiram. Selain menanam sayur-mayur kata Lilis, ia bersama anggota lain juga menanami lahan dengan  singkong, ubi dan jagung.

    “Untuk jenis tanaman kangkung, kami biasa memanennya dalam 25 hari. Sedangkan tanaman sayuran lainnya bisa dipanen dalam satu bulan,” imbuhnya.

    Saat panen tiba, Lilis mengaku tidak kebingungan dalam menjual hasil berkebunnya. Dengan memanfaatkan telepon seluler, ia bersama rekan-rekannya menginformasikan kepada warga saat panen tiba.

    “Biasanya pembeli ada yang minta diantar ke rumah, ada yang membeli dengan datang ke kebun. Bahkan tidak sedikit pembeli yang mau memanennya sendiri langsung dari kebun,” jelas Lilis.

    Menurutnya, ia merasa sangat senang bisa melakukan aktivistas bercocok tanam di lahan industri bersama kawan-kawannya.

    “Mungkin warga di lingkungan ini belum tahu bagaimana asiknya berkebun. Bila sudah paham, pasti mereka bakal mau bergabung. Buktinya, jumlah kami yang awalnyanya cuma 5 orang, kini menjadi 15 orang. Dan tidak satu pun anggota yang keluar dari kelompok kami,” tandas Lilis. (***)