Indeks Minat Baca Masyarakat Kota Tangerang Menurun, Ini Indikatornya

    Suasana acara Festival Literasi di Kota Tangerang


    TANGERANG – Kepala Bidang (Kabid) Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Kota Tangerang, Asep Rahmat menyebut, tingkat literasi minat baca masyarakat Kota Tangerang pada 2022 menurun, dibanding tahun sebelumnya.

    Indikator penilaiannya berdasarkan minat baca siswa SD, SMP, dan SMA, serta para pengunjung di perpustakaan khusus dan umum yang tersebar di 13 Kecamatan Kota Tangerang.

    “Terendah di wilayah Kecamatan Benda dan Neglasari, karena jauh dari perpustakaan umum dan khusus,” ujar Asep, kepada Beritatangerang.id, di lokasi Festival Literasi Kota Tangerang, kawasan Tangcity Mall, Rabu (15/2/2023).

    “Kalau gak salah minat baca masyarakat tahun 2022 menurun, yaitu 5,2 persen. Tahun 2020, 2021 sekitar 6,2 persen. Turun kan karena ada Covid-19, jadi aktifitas kita terbatas,” imbuhnya.

    Berdasarkan hal itu, pihaknya pun langsung melakukan upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat melalui festival literasi yang menjadi salah satu rangkaian HUT Kota Tangerang ke-30.

    “Karena sudah tidak pandemi, jadi festival literasi ini kita adakan untuk kembali meningkatkan literasi minat baca masyarakat. Salah satu rangkaiannya adalah lomba bertutur, dan ada pameran bukunya juga,” kata Asep.

    Ia berharap, festival ini dapat meningkatkan kegemaran masyarakat dalam membaca dan juga dalam bertutur yang nantinya dapat meningkatkan indeks literasi.

    “Intinya pada 2023 dan seterusnya kami berharap indeks literasi minat baca masyarakat di Kota Tangerang terus meningkat,” tegasnya.

    Diketahui sebelumnya, kegiatan festival literasi yang digelar DPAD Kota Tangerang mulai 13 – 19 Februari 2023 itu menuai komentar dari para pemuda Kota Tangerang. Pasalnya, gerakan literasi ini tak didukung dengan kondisi perpustakaan di tingkat-tingkat kecamatan.

    Sukarelawan perpustakaan dari Komunitas Baca Kota Tangerang, Afdel mengatakan, gerakan literasi seharusnya berangkat dari akar rumput.

    “Harusnya dari akar rumput dulu. Sekarang gimana mau meningkatkan kualitas kalau kondisi perpustakaannya memprihatinkan, terbengkalai tak terawat,” katanya. (Hmi)