TANGSEL (BT) – Jelang Pemilihan Walikota (Pilwalkot) Tangerang Selatan (Tangsel), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) menggelar diskusi Publik Tangsel Bicara Menakar Pilwalkot Tangsel 2020 di Resto Kampung Anggrek, Jalan Buaran, Serpong, Sabtu (28/9/2019).
Kegiatan ini kedua kalinya diadakan, Berlangsung sejak pukul 15.00 WIB, dihadiri sejumlah Narasumber di antaranya, tokoh Tangsel KH. Zarkasih Nur, Tokoh Pers Hendri CH Bangun, Tokoh Muda Narji, Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Zaki Mubarok, Ketua Bawaslu Tangsel Muhamad Acep, dan Ketua KPU Bambang Dwitoro.
Tak hanya itu, sejumlah Bakal Calon (Bacalon) Walikota Tangsel Suhendar, Benyamin Davnie, Kemal Pasya, juga Fadh Pahdepie, dan Siti Chodijah turut hadir.
Ketua Panitia, Andre Sumanegara menjelaskan, kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan gagasan dan mengemas penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Tangsel tahun 2020 mendatang dengan lebih serius, sehingga menjadi viral positif dan mendapat input yang positif sehingga mendapat hasil lebih baik dari Pilkada sebelumnya atau lebih baik dari kota-kota lainnya.
“Kita mengambil tema ini untuk memberi gagasan yang baik dan menakar sejauh mana kesiapan dari penyelenggara pemilu terutama, keseriusan dari kontestan atau Bacalon Walkot, sampai dimana tingkat keseriusan itu dilihat dari gagasan-gagasan yang di berikan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tangsel Bambang Dwitoro menuturkan, Pilkada nanti tahapannya dibagi menjadi dua yaitu pertama adalah tahapan persiapan dan yang kedua adalah tahapan penyelenggaraan.
“Di dalam tahapan persiapan kita di situ ada pembagian- pembagian kegiatan, di mana ada perencanaan program dan anggaran. Pada saat ini kita bersama dengan Bawaslu Kota Tangsel sedang mengajukan permohonan dana hibah,” tuturnya.
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Tangsel Muhamad Acep juga mengatakan, ingin membuat terobosan-terobosan baru yang mampu menghapuskan politik uang.
“Bagaimana sih menghilangkan politik uang di dalam pemilihan ini, dan memang perlu kesadaran dari temen-temen media, temen-temen tokoh masyarakat lain untuk menyuarakan bahwa betapa rusaknya politik uang itu. Jadi bukan lagi soal sanksi betapa rusaknya politik uang, bagi berlangsungnya proses pembangunan,” paparnya.
Tokoh muda Narji Pun gelisah akan maraknya politik uang yang terjadi di Tangsel, “Saya bingung setiap kali ada pemilihan orang -orang ditanya mau pilih siapa, jawabnya tunggu yang ngasih aja,” tuturnya.
Selain mengkritisi soal politik uang narji pun mengkritik tentang bundaran pamulang dimana dirinya tinggal. “Kondisi bundaran pamulang itu tidak jelas seperti kandang kambing tidak sesuai dengan identitas pamulang/kota tangsel yang cerdas, modern, religius,” tukasnya.
Narji berharap pemimpin Kota Tangsel ke depan orang yang berani mengkritik kebijakan dari pusat maupun provinsi. “Siapapun pemimpinnya nanti, diharapkan yang berani mengkritisi kebijakan dari pusat maupun provinsi,” ucap Narji.
Tokoh Pers Hendri CH Bangun, yang hadir sebagai narasumber juga turut memberikan gagasannya. Ia mengatakan, bahwa pers itu memiliki peranan yang sangat besar.
“Pers sangat besar peranannya, untuk menentukan keberhasilan seperti Pilkada dalam Pileg dan Pilpres. Kemarin kasihan sekali calon-calon legislatif itu DPD DPR DPRD itu yang sama sekali tidak terekspos karena media itu terbelah fokus pada pilpres,” pungkasnya. (Bel)