Jumlah Gempa di Banten Menurun, BMKG Minta Warga Tetap Waspada

    Dok. BMKG Stageof Tangerang

    TANGERANG (BT) – Hasil analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika (Stageof) Tangerang menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan di wilayah Banten dan sekitarnya pada minggu ke-2 Oktober 2019 relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan minggu ke-1 Oktober 2019.

    Selama pekan kedua bulan Oktober 2019, telah terjadi gempabumi tektonik sebanyak dua puluh satu kali sedangkan pada minggu sebelumnya terjadi dua puluh lima kali. Adapun kekuatan gempabumi yang terjadi bervariasi dari M2.3 hingga M5.8. Sebaran pusat gempabumi (episenter) umumnya berada di laut, yaitu pada zona pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia di bagian selatan Provinsi Banten hingga Jawa Barat.

    “Gempabumi dengan kekuatan 3 ≤ M ≤ 5 masih dominan terjadi yaitu sekitar 62% (13 kejadian), diikuti gempabumi dengan kekuatan M < 3 sebesar 33% (7 kejadian), serta gempabumi dengan M > 5 sebesar 5% (1 kejadian),” kata Kepala BMKG Stageof Tangerang Suwardi, Minggu (13/10/2019).

    Meski demikian, menurut ia, tidak ada laporan gempabumi dirasakan maupun merusak selama periode 04 – 10 Oktober 2019.

    “Dari 21 kejadian gempabumi, 95% nya merupakan gempabumi dengan kedalaman pusat gempanya kurang dari 60 kilometer,” ujarnya.

    Pada periode tersebut, lanjut ia, tanggal 6 Oktober 2019 merupakan hari dengan kejadian gempabumi terbanyak yaitu 6 kejadian. Sedangkan pada 5 Oktober 2019 tidak tercatat kejadian gempabumi di wilayah Banten dan sekitarnya.

    “Minim kejadian gempa sepatutnya tidak menjadikan kita lengah,” ucapnya.

    Pada 13 Oktober diperingati sebagai Hari Internasional untuk Pengurangan Bencana (International Day for Disaster Reduction). Menurut Suwardi, banyak hal yang bisa dilakukan dalam rangka mengurangi keterpaparan terhadap bencana.

    “Hal sederhana bisa kita coba, misalnya ajak anggota keluarga berlari kecil (jogging) menyusuri jalur menuju tempat evakuasi sementara (TES) maupun tempat evakuasi akhir (TEA). Sesampainya di sana, sampaikan pada mereka apabila suatu saat merasakan gempabumi kuat hingga sulit berdiri, setelah gempabumi reda segera evakuasi menuju tempat tersebut,” terangnya.

    “Mari kita kenali (Bahaya-Kemampuan-kelemahan(kerentanan), kemudian belajar dan berlatih menghadapi bencana, hal ini tentunya untuk mengurangi akibat atau dampak dari bencana tersebut,” pungkasnya. (Hmi)