TANGERANG – Beredar kabar bus rombongan
Outdoor Classroom Day (OCD) kelas 11 SMA Negeri 2 Kota Tangerang menabrak sebuah rumah penduduk di wilayah Jogyakarta, pada Kamis 23 Februari 2023.
Kabar insiden tersebut menyebar lewat chat grup WhatsApp orang tua siswa yang merasa was was dan cemas atas peristiwa yang menimpa siswa kelas 11 IPS 3 pada rombongan bus nomor 10 itu.
Dalam tangkapan layar grup WA yang beranggotakan orang tua siswa itu, banyak dari mereka mengeluhkan sejumlah fasilitas bus yang tak sesuai ekspektasi, sehingga berpotensi terjadinya kecelakaan.
“Ac bocor, nabrak motor, genteng,” tulis pemilik nomor 089643617006 dalam grup WA Forsilat XI IIS 3 Duta.
“Iya Bun ank saya jg udh lemes bilangnya, saya khawatir,” lanjutnya dalam perbincangan grup.
“Harusnya dari ac bocor udah diganti bisnya,” balas pemilik nomor 081952614000.
“Kalo ada yg keluarganya didiknas lebih baik masukkan anak2 sekolah gak usah ada ocd, yg ada memberatkan,” tambahnya.
Sementara salah satu orang tua siswa sebut saja Simply (bukan nama sebenarnya), menilai pihak panitia OCD SMAN 2 Kota Tangerang kurang memperhatikan keamanan siswa. Pasalnya, para siswa mengeluhkan terkait fasilitas bus dan pengemudi yang ugal-ugalan sedari awal.
“Anak saya udah ngeluh, katanya ac nya bocor, terus supirnya ugal-ugalan. Harusnya pihak panitia langsung merespon anak-anak dong, udah tau ac bocor, supir ugal-ugalan, masih lanjut terus,” ungkap Simply kepada Beritatangerang.id, Sabtu (25/2/2023) malam.
“Akhirnya nabrak motor di UGM Jogyakarta. Itu masih lanjut terus pake bus itu. Anak saya udah lemes pas nelpon, saya khawatir dong, apalagi anak saya kan perempuan. Terus sorenya saya dapat kabar lagi dari anak, kalo bus nya nabrak rumah penduduk pas mundur mau masuk hotel di Jogyakarta, itu hancur semua. Kita semua panik, rame tuh di grup WA, kejadiannya Kamis sore,” imbuhnya.
Lanjut ia, seharusnya dari awal pihak panitia merespon keluhan siswa terkait ac bocor dan supir yang ugal-ugalan. Sebab, dalam penawaran OCD yang disepakati orang tua siswa dengan biaya sebesar Rp2,3 juta per siswa itu, memenuhi standar kriteria yang menjanjikan keamanan siswa dalam perjalanan maupun saat di penginapan.
“Tapi kenyataannya tidak sesuai. Malahan di penginapan, anak saya tidur satu kamar 7 orang, coba bayangin. Sementara guru-guru terpisah, tidur di hotel yang lebih mewah, dan anak-anak gak ada yang ngawasin. Ini kan salah, kalau terjadi sesuatu bagaimana? Tukasnya.
Disamping itu, ia mendukung kegiatan OCD selama itu untuk kebaikan siswa siswi sekolah. Menurut ia, ada baiknya kegiatan OCD diadakan sekolah agar siswa tidak liar dan dapat terus terpantau oleh pihak guru.
“Saya tidak keberatan dengan OCD sekolah. Supaya anak-anak tetap dalam pengawasan, tidak liar. Tapi ya jangan diulangi seperti ini lagi, pihak panitia harus dievaluasi,” katanya.
Ketua Komite SMAN 2 Kota Tangerang, Alit Sodikin membenarkan insiden yang menimpa bus rombongan siswa kelas 11 IPS 3 di wilayah Jogyakarta. Namun kata dia, terkait kegiatan OCD kelas 11 yang beredar seolah-olah nabrak (kalau nabrak tentunya bagian depan).
“Kejadiannya pada saat dijalan pas tikungan dari arah berlawanan ada kendaraan lain dan dirasakan tidak cukup, sehingga Bus rombongan OCD mundur untuk memberikan jalan kepada kendaraan lain untuk dapat lewat, pada saat mundur kaca belakang bus mengenai genteng warung mengakibatkan kacanya retak dan kemudian kacanya rontok,” tutur Alit saat dikonfirmasi, Minggu (26/2/2023).
Kemudian, lanjut dia, untuk sementara kaca ditutupi dengan plastik sambil menunggu bus pengganti.
“Setelah bus pengganti tiba, rombongan OCD dialihkan ke bus pengganti, tidak ada korban hanya kaca belakang dan genteng warung yang pecah,” tandasnya.
Informasi yang terhimpun, peristiwa terjadi pada Kamis (23/2/2023) sore. Insiden tersebut mengakibatkan atap rumah penduduk hancur dan kaca belakang bus rombongan pecah. Tak ada korban luka-luka dalam insiden tersebut. Namun, peristiwa itu menyebabkan kepanikan bagi para orang tua siswa lantaran minimnya perhatian panitia terhadap keamanan putra putrinya. (Hmi)