BMKG: Musim Kemarau 2020 Tiba pada Awal April

FOTO: ilustrasi musim kemarau (dok.ist)

JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan musim kemarau 2020 akan datang pada awal bulan April. Datangnya musim kemarau berkait erat dengan peralihan angin baratan (Monsun Asia) menjadi angin timuran (Monsun Australia).

Dalam rilis resmi di situs bmkg.go.id juga diprediksi peralihan angin monsun akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada April 2020, lalu ke wilayah Bali dan Jawa, kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2020 dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada Juni hingga Agustus 2020.

Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 17,0% diprediksi akan mengawali musim kemarau pada April 2020 yaitu di sebagian kecil wilayah Nusa Tenggara, Bali, dan Jawa. Sebanyak 38,3% wilayah akan memasuki musim kemarau pada Mei 2020, meliputi sebagian Bali, Jawa, Sumatera, dan sebagian Sulawesi. Sementara itu 27,5% di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua akan masuk awal musim kemarau di bulan Juni 2020.

Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis awal musim kemarau periode 1981-2010, maka awal musim kemarau 2020 di Indonesia diprakirakan Mundur pada 148 ZOM atau setara 43,3%, Normal pada 128 ZOM setara 37,4%, dan Maju pada 66 ZOM atau setara 19,3%.

Selanjutnya, apabila dibandingkan terhadap rerata klimatologis akumulasi curah hujan musim kemarau periode 1981-2010, maka secara umum kondisi musim kemarau 2020 diprakirakan Normal atau sama dengan rerata klimatologis pada 197 ZOM setara 57,65%.

Namun sejumlah 103 ZOM atau setara 30,1%, akan mengalami kondisi kemarau Bawah Normal atau kemarau lebih kering yaitu curah hujan musim kemarau lebih rendah dari rerata klimatologis, dan 42 ZOM atau setara 12,3% akan mengalami Atas Normal dengan kata lain kemarau lebih basah yaitu curah hujan lebih tinggi dari rata-rata.

Untuk puncak musim kemarau 2020, BMKG memprediksi sekitar 9,9% daerah zona musim akan memasuki puncak musim kemarau pada Juli, sedangkan 64,9% di bulan Agustus dan sekitar 18,7% pada September 2020.

Dengan demikian, BMKG menyimpulkan prakiraan musim kemarau 2020 dimulai bervariasi sebanyak 19,3% daerah ZOM diprediksi akan memasuki musim kemarau lebih awal, sedangkan sebanyak 37,4% ZOM sama seperti biasanya dan sebanyak 43,3% ZOM lebih lambat dari biasanya.

Musim kemarau 2020 ini secara umum diprediksi lebih basah dari musim kemarau 2019. Meski demikian, perlu diwaspadai 30% ZOM yang diprediksi akan mengalami kemarau lebih kering dari normalnya. Puncak musim kemarau untuk sebagian besar zona musim diprediksi akan terjadi pada Agustus 2020.

Dalam menghadapi musim kemarau 2020, BMKG mengimbau kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk tetap mewaspadai wilayah yang berpotensi mengalami musim kemarau lebih awal yakni di Bali, Nusa Tenggara, Jawa Barat bagian utara, Jawa Tengah bagian utara dan selatan.

Perlunya peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya yaitu di sebagian wilayah Aceh, pesisir timur Sumatera Utara, sebagian Riau, Lampung bagian timur, Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian tengah dan utara, sebagian Jawa Timur, Bali bagian timur, NTB bagian timur, sebagian kecil NTT, Kalimantan Timur bagian tenggara, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, serta Maluku bagian barat dan tenggara.

Kemudian puncak musim kemarau 2020 diprakirakan terjadi pada bulan Agustus. Para pemangku kepentingan masyarakat diharapkan untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, serta ketersediaan air bersih.

Para pemangku kepentingan juga diharapkan dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan. (Ris/Red)