TANGERANG – Sejak diterapkannya kembali Pembelajaran tatap Muka (PTM) awal pekan lalu, para siswa di 40 SMP tampak antusias mengikuti pelajaran di sekolahnya masing-masing.
Maklum saja, setelah sekitar 19 bulan karena serangan pandemi Covid-19, para siswa ini terpaksa mengikuti proses belajar mengajar di rumah tanpa bertemu guru dan rekan-rekannya.
Walikota Tangerang, H Arief R Wismansyah menerangkan, Pemkot Tangerang melalui Dinas Pendidikan melaksanakan uji coba PTM terbatas tahap pertama kepada 40 sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Swasta di Kota Tangerang.
“Mulai Senin (13/9), Pemkot Tangerang sudah memulai pembelajaran tatap muka di 40 SMP. Saat ini tahap pertama sebagai pilot project sambil kami persiapkan sekolah yang lain,” kata Arief.
“Alhamdulillah anak-anak terlihat sangat antusias memasuki kembali pembelajaran tatap muka,” tambahnya.
Arief menuturkan, bila pembelajaran tatap muka akan berlangsung apabila para murid dan orang tua siswa saling mendukung untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan.
“Sudah saya sampaikan ke mereka (para murid-red), kalau PTM ingin terus berlangsung jangan abaikan protokol kesehatan. Mulai dari berangkat sekolah hingga selesai belajar di sekolah, harus langsung pulang ke rumah dan menghindari kerumunan,” ujar Arief.
Arief juga berpesan agar para tenaga pengajar serta petugas pendidik memantau dan monitoring anak muridnya, sebagai bentuk pengawasan di sekolah. Sehingga pelaksanaan PTM dapat berjalan dengan lancar.
“Mereka harus melakukan komunikasi dengan orang tua murid. Itu dilakukan karena keberhasilan proses PTM ini tidak lepas dari peran serta orang tua siswa,” ungkap Arief.
Sementara itu Wakil Walikota Tangerang, H Sachrudin berpesan kepada para siswa agar langsung pulang usai mengikuti pembelajaran di sekolah.
“Selesai sekolah harus langsung pulang dan jangan nongkrong dulu,” kata Sachrudin, dihadapan para siswa SMPN 8 Jatiuwung yang ia kunjungi.
Sedangkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang, Jamaluddin mengatakan, kegiatan PTM terbatas diselenggarakan dengan kapasitas murid 50% dari kapasitas tiap kelas dengan penerapan sistem ganjil genap dari absensi siswa.
“Sebanyak 40 sekolah yang sekarang menggelar PTM ini kami jadikan pilot project, sambil Pemkot Tangerang mempersiapkan sekolah lainnya. Khususnya tingkat SD, TK dan PAUD,” jelas Jamaluddin.
Menurutnya, semua kantin atau pedagang tidak diperbolehkan beroperasi di sekolah serta harus disediakannya ruang isolasi.
“Saat ini kami utamakan dan maksimalkan pada tingkat SMP terlebih dahulu. Sedangkan PTM di 24 SMP Negeri dan 16 SMP Swasta, akan bisa terus berlangsung dengan prokes yang ketat,” terang Jamaluddin.
Untuk itu ia mengharapkan kerjasama dari semua pihak terutama orang tua siswa, guru dan siswa itu sendiri.
“40 sekolah yang sekarang melaksanakan PTM telah melalui asesmen yang cukup panjang dengan memenuhi 19 instrumen. Dalam pengawasannya, kami menggandeng Satpol PP dan Dishub dalam proses pengawasan,” kata Jamal.
Satpol PP bertugas pada ranah penerapan prokes. Baik di dalam maupun di lingkungan sekolah. Sedangkan Dishub mengawasi lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan dan penumpukan kendaraan.
“Bila ditemukan pelanggaran prokes, sekolah tersebut akan ditutup atau kembali mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama tiga hari hingga seminggu. Begitu pula jika ditemukan adanya guru atau siswa yang positif Covid-19,” tutur Jamal.
Namun bila dilihat antusias siswa yang cukup tinggi sekarang ini, diharapkan semua komitmen dalam menjaga protokol kesehatan dapat dipatuhi. Sehingga PTM bisa dilangsungkan di seluruh sekolah.
Sementara itu Hanif Naundra, siswa kelas IX SMPN 25 Kota Tangerang mengungkapkan, dirinya merasa sangat bersemangat sejak hari pertama diadakannya PTM terbatas tersebut.
Berbagai persiapan pun sebelumnya telah ia lakukan, mulai dari membereskan buku-buku, hand sanitizer, tisu hingga masker.
“Pada hari pertama kami hanya belajar dua jam di sekolah. Tapi tidak mengapa, saya tetap semangat banget, karena sudah lama sekali tidak bertemu teman-teman dengan suasana ruang kelas seperti ini,” ungkap Hanif.
Menurutnya, ia lebih menyukai PTM ketimbang BJJ. Sebab bisa berinteraksi langsung dengan guru dengan mudah. “Kalau pakai sistem PJJ, kuota internet habis terus,” tukas Hanif. (adv)